![]() |
pixabay.com |
Aku beragama Buddha dan itu karena orang tuaku beragama Buddha. Karena dari kecil aku sudah beragama Buddha, tentunya aku sangat asing dengan agama lain. Aku tidak pernah berpikir untuk mempelajari agama lain. Dan lucunya, aku dulu sangat sok pintar. Aku pikir aku tahu banyak tentang Buddhisme. Saat SD, aku pikir umat beragama Buddha itu semuanya china, jadi aku pikir guru pribumi yang beragama Buddha itu karena mereka pindah agama dari agama lain yang bukan buddhis. Itu sangat TOLOL! Semenjak usiaku semakin dewasa, aku menyadari betapa bodohnya aku. Betapa tidak tahu malunya aku dulu.
Aku mulai tertarik dengan ajaran Buddha semenjak SMP saat aku menjadi muda-mudi vihara dikampungku. Di viharanya ada banyak buku Buddhis jadi aku terus membacanya karena menarik. Cerita-ceritanya menarik dan aku sangat tertarik dengan ajaran yang berhubungan dengan sebab-akibat dari kamma. Jadi, aku mulai memperdalam ilmuku tentang buddhisme. Aku semakin rajin ke vihara, bahkan aku sudah menganggap vihara itu rumah keduaku. Saking rajinnya, orang tuaku takut kalau aku menjadi Bhikkhuni! Mereka melarangku ke vihara! Aduh! Orang tua lain selalu membujuk anaknya ke vihara, tetapi orang tuaku justru melarangnya. Tentunya aku tetap ke vihara, aku berusaha menyakini orang tuaku kalau ke vihara itu baik dan aku tidak ada pikiran untuk menjadi bhikkhuni.
Setelah masuk SMA aku pindah ke kota lain, aku sudah jarang ke vihara. Bahkan semenjak SMA 2 aku sudah berhenti ke vihara. Tetapi aku tetap tertarik dengan Buddhisme. Pengetahuanku tentang Buddhisme lebih luas dibandingkan teman-teman seangkatanku. Mereka selalu sibuk menghafal ilmu baru tentang Dhamma, tetapi aku sudah ingat diotak. Aku pikir udah cukup pengetahuanku, udah teguh keyakinanku. Ternyata tidak..
Pernah suatu kali, aku terlibat dalam diskusi tentang ajaran agama bersama guruku. Dia guru beragama Kristen. Karena asing dengan ajaran Kristen, aku jadinya bertanya terus. Ada beberapa ajarannya seperti konsep ketuhanan dan proses tumimbal lahir yang berbeda dengan buddhisme. Dan jujurnya aku sempat RAGU dengan ajaranku sendiri.
Aku gelisah beberapa hari. Tidak tahu harus gimana. Ujung-ujungnya, aku memutuskan untuk mempelajari ajaran Kristen. Aku rasa, kalau aku tahu tentang ajarannya, itu akan membantuku untuk mengatasi keraguanku. Jadi aku pinjam alkitab ke saudaraku. Kebetulan aku tinggal dirumah saudaraku yang semuanya beragama Kristen. Kemudian, aku pun mulai membaca alkitab. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap menjadi umat Buddha. Ini tidak mengandung unsur rasis apapun terhadap ajaran Kristen, aku sendiri ada mencari informasi tentang agama lain. Aku memilih buddhisme itu hanya karena aku merasa lebih cocok dengan ajarannya. Aku tidak mau beragama Buddha hanya karena aku dilahirkan dari orang tuaku. Oleh karena itu, aku selidiki ajaran lain dan menentukan mana yang paling cocok denganku.
Akhirnya aku memilih Buddhisme. Ajarannya indah dan penuh cinta. Buddhisme dikenal sebagai ajaran yang penuh cinta kasih dan mencintai kedamaian. Aku menemukan ketenangan dan kedamaian didalamnya, hanya itu saja.
Ingat ini, aku memilih ajaran buddhisme bukan berarti aku menolak ajaran lain. Aku memiliki teman dari berbagai agama. Lalu, jujurnya aku salut dengan teman-temanku yang beragama Kristen karena mereka selalu rajin ke gereja. Mereka selalu berdoa sebelum makan, itu merupakan tindakan yang patut kita contoh!
ConversionConversion EmoticonEmoticon